Mengapa Manusia
Saya kepikiran kenapa manusia suka sekali mengkotak-kotakan sesuatu seperti mereka yang suka makan bubur ayam diaduk atau tidak, atau mereka yang suka mie kuah atau mie goreng menurut kalian mengapa demikian?
Menurut saya agar orang-orang bisa berkumpul hanya dengan mereka yang sepemikiran. Mungkin begitu
Saya sendiri mau makan bubur diaduk ataupun tidak itu sama saja. Yang lebih saya pentingkan apakah buburnya enak atau tidak. Lagi-lagi soal rasa tidak bisa diperdebatkan. Akan tetapi bubur yang enak bisa dimakan dalam bentuk apapun. Diaduk ataupun tidak, asal jangan makan bubur yang baru keluar dari kulkas, karena bubur yang keluar dari kulkas kerupuknya sudah pasti letoy kayak kerupuk seblak, bawang gorengnya letoy, kacangnya sudah tidak kriuk lagi mungkin kuahnya jadi kayak kuah es cream. Saya enek sendiri ngebayanginnya. Tapi boleh dicoba sih. Lanjut lagi ke mie kuah atau goreng, kalo saya sendiri sih makan mie tergantung situasi. Jika keadaan cuaca hujan badai topan menurut saya mie kuah lebih asik untuk dinikmatin, karena kuah sendiri bisa dicampur dengan bahan apapun. Asal jangan kuahnya dicampur semen aja. Nanti perut kalian jadi batu. Bukan batu ginjal lagi tapi batu nisan. Kalo mie goreng menurut saya suasana yang tepat itu malem-malem ketika kita kebangun dan males untuk keluar mencari makanan. Sikat aja tuh mie goreng, nah yang bikin males itu ketika makan mie goreng adalah kalo makan satu kurang, makan dua kekenyangan. Bangsat sekali. Tapi mungkin itu teknik marketing dari produk tersebut. Teknik marketing internasional.
Bangkit.
Menurut saya agar orang-orang bisa berkumpul hanya dengan mereka yang sepemikiran. Mungkin begitu
Saya sendiri mau makan bubur diaduk ataupun tidak itu sama saja. Yang lebih saya pentingkan apakah buburnya enak atau tidak. Lagi-lagi soal rasa tidak bisa diperdebatkan. Akan tetapi bubur yang enak bisa dimakan dalam bentuk apapun. Diaduk ataupun tidak, asal jangan makan bubur yang baru keluar dari kulkas, karena bubur yang keluar dari kulkas kerupuknya sudah pasti letoy kayak kerupuk seblak, bawang gorengnya letoy, kacangnya sudah tidak kriuk lagi mungkin kuahnya jadi kayak kuah es cream. Saya enek sendiri ngebayanginnya. Tapi boleh dicoba sih. Lanjut lagi ke mie kuah atau goreng, kalo saya sendiri sih makan mie tergantung situasi. Jika keadaan cuaca hujan badai topan menurut saya mie kuah lebih asik untuk dinikmatin, karena kuah sendiri bisa dicampur dengan bahan apapun. Asal jangan kuahnya dicampur semen aja. Nanti perut kalian jadi batu. Bukan batu ginjal lagi tapi batu nisan. Kalo mie goreng menurut saya suasana yang tepat itu malem-malem ketika kita kebangun dan males untuk keluar mencari makanan. Sikat aja tuh mie goreng, nah yang bikin males itu ketika makan mie goreng adalah kalo makan satu kurang, makan dua kekenyangan. Bangsat sekali. Tapi mungkin itu teknik marketing dari produk tersebut. Teknik marketing internasional.
Bangkit.
Komentar
Posting Komentar